Powered By Blogger

Saturday, January 2, 2016

Beberapa masalah perilaku gamer di Indonesia

Santo Thomas Aquinas pernah berkata "masuk dari pintu orang keluar dari pintu kita"

Sebagai guru, banyak orang bertanya tak terkecuali keluarga sendiri, mengapa kamu masih bermain game? kan kamu guru, masa main game. Apakah guru tidak boleh bermain game? Apakah guru hanya harus berdiam diri di depan buku dan papan tulis? Tentu saja tidak, guru pun butuh rekreasi dan hiburan, lebih dari itu guru juga harus memahami keadaan yang terjadi utamanya anak muda di negara ini.

Saya adalah guru agama Katolik, tapi kadang-kadang saya masih menyempatkan diri s untuk bermain game dalam rangka melihat, meneliti, serta mengkritisi sikap para gamer yang kurang terpuji. Sikap-sikap yang saya tuliskan disini adalah hasil pengamatan saya selama bermain game bersama saudara maupun teman-teman saya.

Game online mungkin bisa memberi prestasi bagi banyak orang dengan menjuarai turnamen tertentu. Akan tetapi di balik itu semua, game online juga menyebabkan banyak orang menjadi lebih egois dan tidak jarang menghina dan merendahkan orang lain. Demikian beberapa masalah perilaku gamer yang ada di Indonesia:

1. Menang sombong, kalah memaki dan menantang
Bagi para penggemar game dota2, LOL, dkk tentu tidak asing lagi dengan hal ini. Seringkali saat terjadi suatu pertempuran (war) dalam game, pemenang seringkali bersikap sombong dan mengeluarkan kata-kata yang memang tidak kasar namun merendahkan lawannya. Kata-kata tersebut biasanya seperti "Ez (terlalu mudah), gobl*k, hahaha funny enemy (musuh yang lucu, ez game (permainan yang amat mudah). Mereka yang melakukan hal-hal demikian melupakan bahwa sejatinya setiap orang tidak boleh terlalu jumawa saat meraih kemenangan, mereka harusnya tetap menghargai lawannya dan menunjukkan sikap sportif dengan tidak merendahkan lawan

Sementara apabila kalah, sering terjadi pertengkaran dalam tim, keluarnya kata-kata makian, serta apabila tidak terima biasanya para gamer ini akan menantang lawannya. Contoh kata-katanya adalah "sini 1 by 1 aja, next aja, team gw gobl*k kayak t*i, dll". Gamer yang seperti ini melupakan sikap penting yang harus dimiliki setiap orang yaitu sikap sportif dengan mengakui kekalahan, tidak menyalahkan teman karena permainan apapun yang dibutuhkan adalah kerja sama tim, serta sikap kerendahan hati yang harus dimiliki setiap orang.

2. Mengeluarkan kata-kata "kebun binatang" dan bahkan kata-kata yang menjurus pada pornografi, dan SARA

Hal ini pasti dan hampir selalu terjadi dalam setiap permainan online yang ada, ironisnya seringkali yang bersikap seperti ini adalah anak-anak yang masih berusia di bawah 17 tahun. Seakan negara ini mulai melupakan tata krama, dan hal ini menjadi semacam penyakit yang menyerang generasi muda di Indonesia. Apabila gamer kalah, kata-kata ini sering muncul dalam pertengkaran tim seperti misalnya "Anj*ng, t*i, k*****, m****, dll. Bahkan dalam suatu game ada satu negara yang amat disudutkan dan sering diejek dalam permainan.

Hal SARA pun sering muncul, kata-kata yang bersikap SARA tidak bisa saya beri contohnya disin untuk menghindari kontroversi. Bukan hanya satu agama tapi semua agama seringkali menjadi bahan kemarahan para gamer.

Menurut saya, hal ini tidak bisa dibiarkan agar tidak menjadi lingkaran setan yang terus membayangi para generasi muda Indonesia. Keluarga memainkan peran penting dalam hal ini, sudah saatnya orang tua mengawasi anak-anaknya saat bermain. Orang tua juga harus tegas mengawasi setiap perkataan (chat) yang anak lakukan dalam suatu game serta mengajarkan hal yang baik kepada anak-anak.

Ini juga menjadi tugas bagi para guru terutama kami para guru agama untuk dapat kritis dan lebih aktif lagi membina generasi muda negara ini agar tidak masuk dalam lingkaran setan ini.

Para gamer pun harus menyadari bahwa perkelahian apapun bentuknya tidak akan menyelesaikan masalah, justru masalah akan terus datang apabila diselesaikan dengan cara kekerasan baik fisik maupun kata-kata (mental).

3. Banyak alasan

Ini adalah tipe orang yang paling menyebalkan dan seringkali menjadi sumber perkelahian. Contohnya adalah mereka sering menyalahkan rekan satu timnya, menyalahkan orang lain (musuh), bahkan menyalahkan Wifi, internet, dll

Memang seringkali internet menjadi kendala tapi alangkah baiknya cukup meminta maaf dan menyebutkan alasan utamanya dan tidak memperpanjang masalah dengan alasan-alasan lain yang terkadang tidak masuk akal. Apalagi jika alasan yang dikeluarkan memicu pertengkaran dalam tim dan keluarnya kata-kata kebun raya (baca kebun binatang), porno, dll

4. Melupakan Tuhan

Tentu saja sebagai guru agama, saya harus mengajarkan kepada orang-orang untuk senantiasa mengingat Tuhan. Mengapa? Karena apabila kita kembali kepada hakikat pribadi, kita semata-mata hanyalah makhluk ciptaan, dan inilah yang sering menjadi keprihatinan bagi saya terhadap para gamer di negara ini.

Sering para gamer melupakan Tuhan dan tidak mengikuti ibadah-ibadah keagamaan hanya demi memainkan game. Bahkan saya beberapa kali menemukan gamer-gamer yang "rela" untuk tidak ikut hari raya keagamaan demi suatu game.

Ini ironis, bagaimanapun kita harus mengutamakan Tuhan di atas segala hal, dan tidak meninggalkan ibadah begitus aja. Ketika Tuhan sudah dilupakan, akibatnya adalah orang melupakan sesamanya bahkan yang terdekat seperti keluarga dan orang tuanya!

Para gamer, seberapa hebatpun anda, seberapa banyaknya anda mungkin mendapatkan penghasilan dari game, ingatlah Tuhan. Segala yang kita punya adalah pemberian Tuhan, dan kita tidak boleh begitu saja melupakan Tuhan yang sudah memberi segalanya kepada kita.

Sejak SMA, saya baru satu kali mengagumi seorang gamer, dan ia bukanlah mereka yang hebat dan memenangi berbagai turnamen e-sports (olahraga elektronik), tetapi seseorang yang ingat pada Tuhannya.

Dulu saya pernah menemukan seseorang dalam suatu game, ketika kami bermain bersama, ia meminta izin untuk logout sebentar agar ia bisa menjalankan ibadah sholat maghrib. Kejadian itu saya ingat betul sekalipun ia tidak seagama dengan saya, tapi ia melalui tindakannya yang spontan dan tulus memilih untuk lebih mengutamakan Tuhan di atas segalanya. Agama apapun dan siapapun, Tuhan adalah segalanya dan segalanya adalah untuk Tuhan

Mari ubah perilaku kita!


NB; sikap-sikap gamer Indonesia yang saya tuliskan di atas adalah hasil pengamatan saya saat memainkan beberapa game. Tentu saja saya pun tetap memjaga image dan kapasitas saya sebagai seorang pengajar dengan tidak mengikuti sikap buruk dalam game. Sebagai pengajar saya menulis hal ini untuk generasi muda yang lebih baik, untuk perubahan sikap orang-orang menjadi orang yang lebih baik. Semoga Tuhan selalu memberkati

No comments:

Post a Comment