Powered By Blogger

Thursday, June 12, 2014

Puisi untuk ibu

Puisi untuk ibu

english:
When your mother has grown older,
When her dear, faithful eyes
No longer see life as they once did,
When her feet, grown tired,
No longer want to carry her as she walks,
Then lend her your arm in support, escort her with happy pleasure—
the hour will come when, weeping, you must accompany her on her final walk.

And if she asks you something, then give her an answer.

And if she asks again, then speak!
And if she asks yet again, respond to her, not impatiently, but with gentle calm.

And if she cannot understand you properly, explain all to her happily.

The hour will come, the bitter hour, when her mouth asks for nothing more.


indonesia:
ketika ibumu sudah semakin tua
ketika matanya yang lembut
tidak bisa lagi melihat kehidupannya seperti yang dulu
ketika kakinya sudah semakin lelah
tidak mampu lagi membawanya berjalan
maka pinjamkanlah tanganmu untuk menopangnya, dampingi dia dengan perasaan bahagia
saatnya akan tiba saat kamu harus menemaninya di saat-saat terakhirnya.

dan ketika dia bertanya kepadamu, maka berilah dia jawaban

dan ketika dia bertanya lagi, maka jawablah lagi
dan ketika masih bertanya lagi, berilah tanggapan lagi, bukan dengan ketidaksabaran, namun dengan kelembutan.

dan jika dia masih belum bisa mengerti dengan baik, jelaskanlah kepadanya dengan senyuman.

waktunya akan tiba, waktu yang pahit, ketika mulutnya tidak bisa lagi bertanya apa-apa.



Puisi ini ditulis oleh seorang yang amat menyayangi ibunya yaitu


ADOLF HITLER

Sekalipun puisinya begitu bagus namun amat disayangkan Hitler membantai orang-orang Yahudi, padahal orang Yahudi yang dibunuhnya pasti memiliki ibu yang ingin ditemani sampai tua.

Masa lalu adalah masa lalu sekalipun Hitler dikenal sebagai pembunuh dan pemusnah yang tidak memiliki hati nurani. Tetapi ternyata ia memiliki rasa sayang yang begitu besar terhadap ibunya.