Powered By Blogger

Thursday, December 25, 2014

Sebuah Perjalanan Indah

Tulisan kali ini merupakan refleksi saya terhadap perjalanan saya di UKK Pastoran Atma Jaya, Jakarta mulai 2011 hingga 2014

Ya perjalanan saya dimulai sejak saya memasuki UNIKA Atma Jaya pada tahun 2011, awalnya saya tidak terlalu memperhatikan apa sih itu Pastoran atau untuk apa ikut Pastoran karena saya sudah aktif dalam paroki dan lingkungan.

Singkat kata akhirnya saya memilih untuk memasuki dunia Legio Mariae karena saya sendiri begitu ingin dekat dengan Bunda Maria. Inilah dasar dari perjalanan saya di Pastoran Atma Jaya, disini saya berkenalan dengan seorang bernama Dian yang mengajak saya untuk ikut PPL (Pekan Pelatihan Liturgi) 2011. Awalnya sempat ragu dan tidak mau ikut  tapi akhirnya saya ikut juga dan kegiatan inilah yang menjadi langkah awal saya di Pastoran Atma Jaya.

Tuesday, December 23, 2014

Natal yang Putih

Siapa yang tidak kenal lagu "White Christmas"? Lagu yang menggambarkan kerinduan seseorang tentang Natal Putih. Sebenarnya apakah Natal Putih itu? Saya sering bertanya dalam hati apakah Natal Putih dan ternyata Natal Putih adalah turunnya salju di hari Natal. Mengapa hal tersebut terasa spesial bagi beberapa orang termasuk saya?

Terkadang saya merasa hanyut dalam keheningan seandainya mendengarkan lagu tersebut, tidak tahu mengapa saya sering merasa sedih saat Malam Natal berlalu. Saya sering membayangkan saat Malam Natal saya berada dengan keluarga di suatu rumah di depan perapian sambil menyanyikan lagu Natal di tengah turunnya salju di luar rumah.


Entah mengapa hal tersebut terasa begitu indah, Malam Natal membuat saya ingin selalu berada di dalam rumah bahkan sekalipun saya sudah ada di dalam rumah.

Saat Malam Natal tiba saya selalu membayangkan saya adalah seorang anak kecil yang sedang bermain di tengah salju. Meskipun dingin tetapi tetap merasa hangat. Natal Putih memang dingin tapi kasih Natal itulah yang menjadi kehangatan di tengan malam yang dingin.

Malam Natal membuat saya susah tidur, ya itu karena saya merasa betapa cepatnya masa indah ini akan berlalu. Sayangnya kebanyakan orang saat ini kurang bisa memaknai Malam Natal yang Putih itu. Malam Natal adalah saatnya berkumpul dengan keluarga dan merasakan kasih Natal yang menghangatkan jiwa dan raga di tengah dinginnya salju (bagi belahan dunia utara). Kasih Allah yang begitu besar itu telah rela turun ke dalam rahim Perawan yang begitu putih dan lahir di kandang domba yang putih. Melalui itulah Ia membuat kegelapan dunia menjadi putih bersinar.

Tuesday, December 16, 2014

Orang Majus yang keempat

Kisah ini sebenarnya merupakant tradisi lisan yang diceritakan secara turun temurun dan menurut saya amat baik untuk direfleksikan dalam hati

Mungkin bagi sebagian uamt Protestan yang memiliki paham "Sola Scriptura" (hanya Kitab Suci) kisah ini adalah sesat atau lain-lain. Tapi saya juga menyatakan kepada anda bahwa amatlah baik anda merefleksikan kisah orang majus ke-empat ini.

Alkitab menceritakan ada tiga orang majus yang mengunjungi bayi Yesus di Bethlehem
Mereka adalah Baltasar, Gaspar (Kaspar), dan Melkhior (nama mereka tidak disebutkan dalam Alkitab dan hanya ada dalam tradisi)

Namun dalam tradisi diceritakan kisah orang majus keempat yang bernama Artaban, Putra Abgarus dari kota Erbaktana, orang Median
Ia adalah orang majus yang paling kaya di antara yang lain.

Diceritakan mereka berempat sudah berjanji untuk bertemu pada jam yang sama dan berjalan ke Bethlehem bersama serta sepakat akan meninggalkan siapapun yang terlambat datang ke tempat perjanjian

Artaban kemudian menjual seluruh harta bendanya dan membeli tiga batu indah yaitu sebuah Ruby, Permata, dan batu Saphire yang indah. Ia juga membeli kuda untuk perjalanannya dan membeli bekal yang dibutuhkan.

Artaban terlambat datang ke tempat pertemuan dan ketika ia datang ketiga temannya sudah berjalan menuju Bethlehem, maka berjalanlah ia seorang diri ke Bethlehem.

Sesampainya ia di Bethlehem ternyata bayi Yesus sudah tidak ada dan ketika ia sampai ia melihat keadaan begitu bergejolak dan pasukan Herodes membunuh bayi-bayi di Bethlehem (Mat 2:16-18).

Ketika ia masuk ke dalam suatu rumah ia menemukan seorang ibu sedang menangis ketika bayinya direbut paksa dan akan dipenggal oleh pasukan Herodes.

Tergeraklah hatinya oleh belas kasihan dan ia kemudian meminta pasukan itu untuk melepaskan si bayi dan menggantinya dengan batu Saphirenya yang indah. Selamatlah bayi itu dan si ibu amat berterima kasih atas pertolongan Artaban.


Sekarang persembahan untuk Sang Raja tinggal dua batu yaitu Ruby dan Diamond, dan Artaban pun kembali melanjutkan perjalanannya mencari Sang Raja.

Dalam perjalanannya ia menemukan seorang kakek tua yang miskin dan kedinginan pada suatu malam. Kakek miskin itu meminta bantuan Artaban untuk memberinya makan. Artaban yang pun kembali tergerak oleh belas kasih dan ia memberikan batu Diamond kepada si Kakek untuk dijual dan membeli makanan.

"Biarlah batu Ruby ini yang menjadi satu-satunya persembahanku untuk Sang Raja, ini batu paling indah sedunia" pikir Artaban.

Sekarang hanya tinggal satu persembahan yang bisa ia berikan kepada Sang Raja dan itu adalah batu paling indah.

Tiga puluh tahun berlalu dan Artaban telah menjadi seorang tua yang tertatih-tatih berjalan, ia mendengar kabar bahwa Raja yang dilahirkan di Bethlehem itu hendak disalibkan di Yerusalem. Ia pun bergegas menuju Golgota dengan tujuan melepaskan Sang Raja dengan membayar menggunakan batu Ruby yang ia punya.

Di tengah jalan menuju Golgota ia melihat seorang anak perempuan berlari dan dikejar oleh beberapa pria gemuk.

Kata anak itu "tuan tolong saya, ayah saya berhutang kepada orang-orang itu dan saya hendak dijadikan budak untuk membayar hutang ayah saya tapi saya tidak mau, tolong saya tuan"

Berkecamuklah hati Artaban, sekarang hanya tinggal satu batu tersisa dan merupakan batu permata paling indah sedunia. "Batu ini untuk menyelamatkan Sang Raja atau anak kecil ini?"

Akhirnya Artaban memutuskan untuk menolong anak kecil itu dan ia menyerahkan batu permata yan terakhir itu kepada si pria gemuk.

Setelah itu ia menangis dan merasa kecewa dan gagal dalam hidupnya. Ia tidak bisa bertemu Sang Raja dan tidak bisa menyelamatkan-Nya.

Tiba-tiba terjadi gempa bumi yang hebat dan ia pun terjatuh dan terbentur kepada batu.

Sayup-sayup terdengar suara yang memanggilnya "Artaban, Artaban".

Kata Artaban, "siapakah Engkau? apakah Engkau adalah Sang Raja".

Kata suara itu "Artaban terima kasih atas segala yang telah kamu berikan dan terima kasih untuk tiga batu permata ini, kamu telah memberikannya kepadaku sebab apapun yang kamu lakukan untuk salah satu saudaraku yang hina ini kamu telah melakukannya untuk aku".


Kemudian meninggallah Artaban namun ia tersenyum karena hadiahnya telah sampai ke tangan Sang Raja yang hadir dalam diri seorang bayi yang akan dipenggal, seorang kakek tua, dan seorang perempuan yang hendak dijadikan budak.