Kisah ini sebenarnya merupakant tradisi lisan yang diceritakan secara turun temurun dan menurut saya amat baik untuk direfleksikan dalam hati
Mungkin bagi sebagian uamt Protestan yang memiliki paham "Sola Scriptura" (hanya Kitab Suci) kisah ini adalah sesat atau lain-lain. Tapi saya juga menyatakan kepada anda bahwa amatlah baik anda merefleksikan kisah orang majus ke-empat ini.
Alkitab menceritakan ada tiga orang majus yang mengunjungi bayi Yesus di Bethlehem
Mereka adalah Baltasar, Gaspar (Kaspar), dan Melkhior (nama mereka tidak disebutkan dalam Alkitab dan hanya ada dalam tradisi)
Namun dalam tradisi diceritakan kisah orang majus keempat yang bernama Artaban, Putra Abgarus dari kota Erbaktana, orang Median
Ia adalah orang majus yang paling kaya di antara yang lain.
Diceritakan mereka berempat sudah berjanji untuk bertemu pada jam yang sama dan berjalan ke Bethlehem bersama serta sepakat akan meninggalkan siapapun yang terlambat datang ke tempat perjanjian
Artaban kemudian menjual seluruh harta bendanya dan membeli tiga batu indah yaitu sebuah Ruby, Permata, dan batu Saphire yang indah. Ia juga membeli kuda untuk perjalanannya dan membeli bekal yang dibutuhkan.
Artaban terlambat datang ke tempat pertemuan dan ketika ia datang ketiga temannya sudah berjalan menuju Bethlehem, maka berjalanlah ia seorang diri ke Bethlehem.
Sesampainya ia di Bethlehem ternyata bayi Yesus sudah tidak ada dan ketika ia sampai ia melihat keadaan begitu bergejolak dan pasukan Herodes membunuh bayi-bayi di Bethlehem (Mat 2:16-18).
Ketika ia masuk ke dalam suatu rumah ia menemukan seorang ibu sedang menangis ketika bayinya direbut paksa dan akan dipenggal oleh pasukan Herodes.
Tergeraklah hatinya oleh belas kasihan dan ia kemudian meminta pasukan itu untuk melepaskan si bayi dan menggantinya dengan batu Saphirenya yang indah. Selamatlah bayi itu dan si ibu amat berterima kasih atas pertolongan Artaban.
Sekarang persembahan untuk Sang Raja tinggal dua batu yaitu Ruby dan Diamond, dan Artaban pun kembali melanjutkan perjalanannya mencari Sang Raja.
Dalam perjalanannya ia menemukan seorang kakek tua yang miskin dan kedinginan pada suatu malam. Kakek miskin itu meminta bantuan Artaban untuk memberinya makan. Artaban yang pun kembali tergerak oleh belas kasih dan ia memberikan batu Diamond kepada si Kakek untuk dijual dan membeli makanan.
"Biarlah batu Ruby ini yang menjadi satu-satunya persembahanku untuk Sang Raja, ini batu paling indah sedunia" pikir Artaban.
Sekarang hanya tinggal satu persembahan yang bisa ia berikan kepada Sang Raja dan itu adalah batu paling indah.
Tiga puluh tahun berlalu dan Artaban telah menjadi seorang tua yang tertatih-tatih berjalan, ia mendengar kabar bahwa Raja yang dilahirkan di Bethlehem itu hendak disalibkan di Yerusalem. Ia pun bergegas menuju Golgota dengan tujuan melepaskan Sang Raja dengan membayar menggunakan batu Ruby yang ia punya.
Di tengah jalan menuju Golgota ia melihat seorang anak perempuan berlari dan dikejar oleh beberapa pria gemuk.
Kata anak itu "tuan tolong saya, ayah saya berhutang kepada orang-orang itu dan saya hendak dijadikan budak untuk membayar hutang ayah saya tapi saya tidak mau, tolong saya tuan"
Berkecamuklah hati Artaban, sekarang hanya tinggal satu batu tersisa dan merupakan batu permata paling indah sedunia. "Batu ini untuk menyelamatkan Sang Raja atau anak kecil ini?"
Akhirnya Artaban memutuskan untuk menolong anak kecil itu dan ia menyerahkan batu permata yan terakhir itu kepada si pria gemuk.
Setelah itu ia menangis dan merasa kecewa dan gagal dalam hidupnya. Ia tidak bisa bertemu Sang Raja dan tidak bisa menyelamatkan-Nya.
Tiba-tiba terjadi gempa bumi yang hebat dan ia pun terjatuh dan terbentur kepada batu.
Sayup-sayup terdengar suara yang memanggilnya "Artaban, Artaban".
Kata Artaban, "siapakah Engkau? apakah Engkau adalah Sang Raja".
Kata suara itu "Artaban terima kasih atas segala yang telah kamu berikan dan terima kasih untuk tiga batu permata ini, kamu telah memberikannya kepadaku sebab apapun yang kamu lakukan untuk salah satu saudaraku yang hina ini kamu telah melakukannya untuk aku".
Kemudian meninggallah Artaban namun ia tersenyum karena hadiahnya telah sampai ke tangan Sang Raja yang hadir dalam diri seorang bayi yang akan dipenggal, seorang kakek tua, dan seorang perempuan yang hendak dijadikan budak.